Judul buku : Sekali Peristiwa di Banten Selatan
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Tahun terbit : 2004
Tebal buku : 126 halaman
No. ISBN : 979-97312-15-6
Cetakan : 2
Katagori : Umum
Dikisahkan sepasang suami istri yang tinggal di gubuk di kaki gunung dari bambu beratap rumbia bernama Ranta dan Ireng. Suatu hari ada dua orang pemikul singkong yaitu Si Yang Pertama dan Si Yang Kedua. Mereka duduk di bangku gubuk Ranta dan memalangi nasibnya yang harus membayar pajak pada jalan yang mereka buat sendiri saat rodi. Setelah itu mereka kembali berjalan dan kemudian pulanglah Ranta ke gubuknya setelah menjual kerbaunya dan disusul oleh Ireng yang habis dari pasar. Ranta marah karena Ranta mengetahui istrinya itu pulang cepat dari pasar karena diobrak-abrik oleh Darul Islam (DI).
Tak lama kemudian datanglah Juragan Musa yang adalah seorang juragan teh dan juragan bibit karet. Ia mendatangi keluarga Ranta dan bertatap muka dengan Ranta. Ranta diminta oleh Juragan Musa untuk mencuri bibit karet tetapi jika Ranta tertangkap sedang mencuri Juragan Musa seperti penghianat yang tidak mau disebut-sebut namanya.. Ranta terpaksa untuk setuju karena ia tidak punya apa-apa untuk melawan orang yang punya pengikut yang banyak. Ireng tidak setuju awalnya setelah diceritakan oleh suaminya tapi apa guna karena mereka juga harus memenuhi kehidupannya dan untuk membayar uang rumah sakit anaknya dan akhirnya Ireng menyetujuinya.
Saat malam harinya dua orang yang sebelumnya datang itu, datang kembali utnuk menginap sementara. Mereka memanggil orang yang tinggal digubuk itu tetapi tidak ada yang menjawab dan seketika mereka berbaring lalu tidur. Pada malam itu juga Ranta mengendap-endap untuk keluar melakukan aksinya sebagai pencuri bibit karet.
Esok paginya Ireng terbangun dengan keadaan sendirian tanpa Ranta. Ireng mengetahui bahwa Ranta sedang kemana dan sedang apa. Lalu ia keluar dari gubuknya dan menemukan dua orang yang tertidur di kursi depannya. Kedua orang itu bangun dan menjelaskan bahwa mereka tidak berniat buruk dan hanya ingin menginap semalam. Yang Kedua lalu menyodorkan singkong kepada Ireng dan Ireng memberikan air panas untuk minum.
Tak lama kemudian datanglah Ranta dengan tangan kosong. Semuanya ternyata sudah diambil oleh Juragan Musa dan diberi upah pukulan rotan. Tangannya terluka parah tetapi Ranta hanya bisa bersabar dan menahan rasa sakitnya itu. Ternyata dari dua pria itu Yang Pertama pernah mengalami hal yang sama dengan dicambuk ekor pari.
Dengan kesabaran Ranta dan kepandaian Ranta dalam membaca dan sedikit menulis dipuji oleh ke dua pria tersebut. Yang Pertama menyuruh Ranta untuk menjadi lurah. Jika Ranta ter pilih Ranta mau menerimanya akan tetapi Ranta tidak mau mencalonkan diri.
Selama mereka berempat berbincang-bincang datanglah waktunya dimana Juragan Musa datang dengan tongkat dan tasnya. Kedua pria itu pergi ke belakang rumah untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu mereka bisa membantu. Tetapi tidak terjadi apa-apa karena Ranta muncul keberaniannya untuk melawan Juragan Musa. Juragan Musa akhirnya kabur meninggalkan tongkat dan tasnya karena Musa menantangnya dengan tatapan tajam. Seketika juga kedua pria itu pergi pulang dan balik lagi untuk mengajak temannya yang satu lagi.Yang Ketiga tahu bahwa Juragan Musa selalu berunding dengan DI.
Ranta, Ireng, dan ketiga pria tersebut membawa tas dan tongkatnya Juragan Musa serta baju-baju untuk pergi ke tempat Komandan berada. Ireng tidak lupa untuk mengunci pintu setelah selesai dan keluar.
Keberuntungan belum berpihak pada mereka. Pada malam harinya rumah mereka diambruki dan dibakar habis.
Dihari yang sama di rumah Juragan ada perempuan bernama Nyonya yang merupakan istri Juragan Musa. Nyonya menyuruh Rodjali untuk mencari Juragan Musa di rumah Ranta. Juragan Musa datang saat Rodjali sudah pergi. Jurgan Musa marah karena Rodjali pergi tanpa persetujuannya. Nyonya awalnya sangat sabar menghadapi kemarahan suaminya akan tetapi Nyonya jadi marah karena ia disumpah oleh suaminya sendiri dan akhirnya minta untuk cerai. Dengan kata-kata cerai tersebut Juragan Musa menjadi tenang dan berjanji untuk bersabar. Nyonya disuruh untuk menyiapkan semua yang dibutuhkn temasuk perhiasan untuk pergi dari tempat itu.
Tak lama kemudian, Rodjali kembali dengan informasi dimana Rodjali tidak menemukan tongkat dan tas Juragan Musa juga informasi tentang rumah Ranta yang kosong. Juragan Musa menyuruh Rodjali untuk memanggil Pak Kasan. Tiba-tiba ada seorang yang bernama Djameng menunduk didepan Juragan Musa. Juragan Musa dengan bijaksananya menyuruh Djameng untuk duduk di sebelahnya. Djameng memberikan sejumlah info kepada Juragan Musa. Ranta membawa tas dan tongkat Juragan Musa, menyebut-nyebut nama Pak Komandan dan berkata pada Djameng bahwa tas Juragan Musa berisikan malaikat yang ingin mencabut nyawa Juragan Musa.
Juragan Musa bersama istrinya tidak jadi mengungsi sesudah Pak Kasan datang bersama Rodjali karena mereka merasa diri mereka sangat kuat. Sesudah itu Pak Kasan dan Rodjali pergi dan Juragan Musa berpikir bahwa Allah akan selalu bersama mereka. Akan tetapi Nyonya tidak setuju karena suaminya sendiri saja pembesar DI. Mereka bertengkar terus, Nyonyapun dirajam oleh suaminya sendiri sampai mulutnya berdarah dan terduduk dibawah.
Seketika itu juga Komandan dan para prajuritnya datang dan menertawakan kesopanan Juragan Musa. Komandan mau menangkap Juragan Musa karena didalam tas yang dibawakan Ranta kepada Komandan berisikan surat-surat DI. Komandan terdesak dengan bunyi-bunyi yang datang dari luar. Komandan serta prajuritnya masuk ke dalam rumah dan menyuruh Juragan Musa dan Nyonya menerima tamu dengan biasanya. Bila mereka melakukan sesuatu mereka akan ditembak dari dalam rumah.
Yang pertama datanglah Pak Lurah yang memanggil Juragan Musa dengan Pak Residen. Awalnya Juragan Musa sangat marah dan bertanya mengapa dirinya dipanggil Pak Residen. Pak Lurah menatap Nyonya dan berharap mendapat penjelasan. Karena tak ada yang bicara maka Pak Lurah angkat kaki dari rumah itu.
Yang kedua kalinya datanglah Rodjali, Pak Kasan, dan pengikutnya. Juragan Musa sekali lagi dipanggil dengan sebutan Pak Residen. Juragan Musa melakukan hal yang sama saat Pak Lurah datang. Sebelum mereka beranjak untuk pergi. Komandan dan prajuritnya keluar dan menangkap seluruhnya tak terkecuali Juragan Musa dan Pak Kasan yang mau kabur. Dari luar terdengar lagi suara ricuh dimana Pak Lurah ternyata tak tinggal diam mau melawan akan tetapi tertangkap juga dirinya.
Pak Komandan berterima kasih kepada Ranta karena telah membongkar rahasia didalam wilayah yang sering terjadi kekacauan dengan memilih Ranta sebagai Pak Lurah sementara sampai pemilihan lagi. Ranta sangat menghargai itu.
Pagi-pagi benar Ranta yang sekarang sudah menjadi Pak Lurah itu memanggil Rodjali dan didatangi oleh Pak Komandan untuk membicarakan tentang kawanan Oneng yang berada disekitar daerah tersebut. Pak Lurah mengutus Rodjali untuk memanggil orang-orang sana untuk melakukan gotongroyong dan disetujui juga oleh Pak Komandan.
Setelah Rodjali dan Pak Komandan pergi muncullah Nyonya dari kamarnya. Nyonya minta ijin kepada Ranta untuk pergi ke Sukabumi. Sebelumnya Ranta menanyakan perasaan Nyonya secara pelan-pelan yang sekarang ditinggalkan suaminya. Bahkan Nyonya sendiri tidak percaya bahwa suaminya telah menjadikan banyak orang menjadi maling termasuk Ranta. Karena merasa tersinggung Nyonya masuk lagi kedalam kamarnya dan disusul dengan datangnya Rodjali bersama orang lain. Ranta berkata pada mereka rencana gotong royong dan menjadikan mereka RT ditempat mereka. Akhirnya mereka pulang dan keluarlah Nyonya yang sudah berkoper. Ranta tak membolehkannya untuk keluar karena ia mendapatkan perintah dari seorang prajurit Komandan. Nyonya tetap memaksakan diri.
Yang Pertama datang kepada Ranta meminta ijin untuk ke Jakarta. Tentu saja Ranta tak membolehkannya. Tapi Yang Pertama memaksakan diri. Ranta setelah itu keluar untuk membantu yang lain membasmi Oneng. Nyonya dan Rodjali kembali. Nyonya ditemukan Rodjali yang disuruh oleh Ranta untuk mencari Nyonya. Tinggallah Ireng bersama Rodjali juga Nyonya yang sedang tak sadar diri. Ada dua orang yang masuk kedalam rumah mereka yang merupakan kelompok Oneng juga dan ditusuk mereka menggunakan pisau dapur dan tewas. Sementara Rodjali mengurusi mayat datanglah Ranta bersama Pak Komandan. Mereka bingung mengapa Nyonya dalam keadaan pingsan, maka diceritakanlah semuanya oleh Rodjali bahwa Nyonya ditemukan dalam keadaan tanpa busana juga koper yang kosong.
Senjata yang dipegang oleh mayat-mayat yang sudah dikalahkan itu diambil, dicatat, juga dipakai untuk melawan Oneng. Kejadian tersebut berlangsung tiga bulan dan akhirnya tak ada yang mengganggu mereka lagi. Mereka tetap terus berusaha dengan membuat waduk dengan tenaga rakyatnya. Jika waduk itu sudah jadi maka semua orang bisa menikmati hasilnya seperti ikan. Nyonya yang beberapa waktu lalu dalam keadaan tidak sadarpun akhirnya ikut bergabung untuk mengajarkan baca tulis kepada pihak wanita dan anak-anak. Awalnya pihak laki-laki takut kalau wanita lebih pintar dari laki-laki. Dengan bijaksana, Pak Lurah dan Pak Komandan membuat keputusan dimana jika ada yang mau belajar baca tulis bisa langsung pergi ke markas.
Yang Pertama datang dan ikut membantu disana. Tentu saja Yang Pertama mendapat persetujuan dari rakyat juga dari Pak Lurah dan Pak Komandan.
Setelah itu Nyonya beranggapan bahwa wanita bisa focus kearah keturunnan dan anak sedangkan laki-laki kearah tanah liar yang belum dipakai yang tentu saja mereka bisa pakai dengan menanam durian dan kelapa.
Ranta yang merupakan Pak Lurah sangat setuju dengan kata-kata Nyonya dan meneriakkan bahwa kita harus kerja, kerja buat anak, buat seluruh keturunan,hore. Keadaan mulai tenang dan mereka kembali membangun waduk dengan melagukan lagu Gotongroyong. Sekali lagi Ranta berteriak untuk memeriahkan hari itu.
Mereka semua bangkit, bergandengan tangan, dan menyanyika lagu dengan cepat, yakin, rianggembira, dan percaya bahwa kedepannya mereka akan hidup senang.
_____________________________
Saya membaca buku novel ini dan menuliskannya pada saya kelas IX untuk memenuhi syarat kelulusan dari sekolah
Novel ini cocok untuk remaja sampai dewasa karena buku ini menunjukan jerih payah seseorang yang berhasil dengan cara bergotong royong. Di buku ini juga kita diajarkan untuk bekerjasama dengan banyak orang walaupun kita tidak kenal dengan orang tersebut. apapun yang kita lakukan pasti bisa terlaksana dengan baik jika memang tujuannya juga baik.